Teknologi
Sinema 2D, 3D, dan 4D
Dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan komputer yang ada,
industry perfilman pun semakin menonjol dan menciptakan berbagai inovasi.
Bermula hanya dari gambar hitam putih tanpa suara hingga berkembang menjadi
film 2 dimensi (2D), 3 dimensi (3D), dan bahkan sekarang sudah mulai populer
film 4 dimensi (4D).
1) Film 2 dimensi (2D)
Dalam dunia seni rupa,
yang dimaksud dengan karya 2 dimensi adalah karya yang memiliki dua sisi, yaitu
panjang dan lebar. Maka, film 2 dimensi dapat diartikan di mana penonton dapat
melihat gambar bergerak dan melihat 2 dimensi sisinya, yaitu panjang lebar
dalam sebuah layar. Kelebihan yang ditawarkan oleh film 2D adalah suara yang
lebih bersih, gambar yang jelas dan proses editing yang sangat halus bahkan
hampir tidak terlihat. Contoh film 2D biasanya berbentuk kartun. Namun,
kelemahan yang dimiliki oleh film-film 2D adalah kualitas hasil proyeksinya
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan film lainnya. Semakin besar layar
yang digunakan, akan semakin berkurang kualitas film yang ditayangkan.
Perangkat lunak yang biasanya digunakan untuk membuat film kartun 2D memiliki
kemampuan untuk mengatur gerak, membuat gambar dan mengimpor audio serta
pengaturan waktu.
2) Film 3 dimensi (3D)
Dalam pengertian seni rupa, sebuah
karya 3 dimensi merupakan suatu karya yang tidak hanya dibatasi oleh sisi
panjang dan lebar, tetapi juga menampilkan kedalaman, atau dapat dikatakan
memiliki ruang. Dalam perfilman, film 3 dimensi memberikan pengalaman menonton
film yang seolah nyata, di mana gambar yang ditayangkan seolah berada di luar
layar. Dalam penyajiannya, biasanya penonton membutuhkan sebuah kacamata khusus
dengan lensa berwarna merah dan biru. Warna merah di sebelah kiri dan biru di
sebelah kanan. Kelemahan film 3 dimensi adalah jika menontonnya di bioskop,
gambar yang ditayangkan akan terlihat buram dan tidak jelas jika tidak
menggunakan kacamata. Penggunaan kacamata tidak selalu nyaman, terlebih bagi
orang-orang yang memang membutuhkan kacamata untuk membantu penglihatan mereka.
3) Film 4 dimensi
(4D)
Dengan suksesnya kemunculan film 3
dimensi, industry perfilman kini mulai mencoba merilis film 4 dimensi (4D) di
mana penonton ditantang untuk benar-benar merasa seolah mereka berada dalam setting
film tersebut. Sinema yang menayangkan film 4D memiliki ruang teater khusus
yang dilengkapi dengan kursi yang dapat bergerak dan detil-detil efek lainnya
seperti semprotan air untuk adegan-adegan tertentu dan juga bau sehingga
penonton seperti seolah benar-benar mengalami langsung adegan yang ditayangkan.
Melihat
kesuksesan yang dicapai oleh sinema atau bioskop dalam penyajian film dengan
layar yang besar dan audio yang sangat jernih, industri pertelevisian tidak
ingin kalah bersaing dan mencoba untuk memberikan pengalaman yang sama kepada
penonton di rumah selayaknya mereka sedang berada di dalam bioskop.
Tayangan-tayangan berkualitas High Definition mulai bermunculan diiringi juga
dengan kehadiran televisi kabel yang memutarkan film-film ter-update yang
tadinya hanya dapat disaksikan di bioskop atau dengan membeli DVD. Bahkan,
beberapa brand pembuat televisi seperti Panasonic, Sony, Samsung mulai
memproduksi televisi 3 dimensi yang dapat menayangkan film-film 3 dimensi tanpa
harus menggunakan kacamata khusus dan smart TV. Hal ini dilakukan agar mereka
dapat bersaing dengan tren yang ada dan tidak ketinggalan zaman.
Perbedaan Teknologi 2D, 3D,
dan 4D
1.) 2D
Ciri dari format film dengan teknologi 2D
ini adalah, tidak adanya benang halus, suaranya yang bagus, warnanya
lebih cerah, dan tajam, namun, kekurangan dari format 2D ini adalah,
resolusinya yang tidak sebesar format biasa, karena apabila semakin
lebar resolusinya maka akan semakin gepeng layarnya. Bagian-bagian
adegan yang tersensor (dengan cara potong adegan) lebih halus ketimbang
format biasa, bahkan seperti tidak tersensor potongan adegan tersebut.
Secara umum, format 2D ini memiliki gambar yang lebih halus layaknya
kita menonton DVD dirumah dengan kualitas suara yang bagus.
2.) 3DPada saat ini sudah banyak film hollywood yang berformat 3D, bahkan beberapa film tidak memiliki versi biasanya dan hanya terdapat format 3D. Sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia mengenai film berformat 3D ini, karena format ini mengharuskan kita menggunakan kacamata 3D. Dan film-film tersebut juga memiliki efek nyata, yaitu efek gambar yang keluar dari layar, dan hanya bisa terlihat jika kita menggunakan kacamata 3D ini. Di tahun-tahun sebelumnya, hanya film animasi sajalah yang memiliki format 3D. Namun, akibat berkembangnya kecanggihan CGI, maka film biasa seperti live action pun sudah berformat 3D. Di beberapa film 3D, bahkan tidak terdapat Subtitle nya, dikarenakan memasukan suatu subtitle ke film dengan format 3D ini akan menurunkan kualitas film sebesar 10%.
3. 4D
Tidak berbeda jauh dengan format 3D, hanya saja efek dari film 4D ini, bukan hanya gambarnya saja yang keluar, melainkan ada getaran-getaran atau efek-efek nyata yg dihasilkan. Misalnya saja film-film animasi bertema kehidupan alam, ketika adegan di air, maka ada air yang menyipratkannya ke wajah kita, atau uap air menetes. Lalu ketika adegan gempa bumi, maka kursi yang kita duduki akan bergetar juga, memang unik dan mengasyikan tetapi para penonton pasti tidak akan fokus ke filmnya melainkan ke efeknya saja. Film berformat seperti ini tidak hanya mengacu pada layar bioskop saja, melainkan beberapa aplikasi media seperti penggerak kursi yang menghasilkan getaran, uap air, serta beberapa efek lainnya, termasuk AC yang bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin saat adegan salju, dan Heater yang dapat memanas saat adegan padang pasir. Dan format film ini pun harus diputar pada bioskop-bioskop khusus saja.
Di Selecta Malang aku pernah melihat film 4 D yg ceritanya Petualanga di Tembok China. Waaaaah sangaf mendebarkan jatung juga memacu adrenalin pdhl itu hanya film tp seolah kita mengalami yg sesungguhnya.
BalasHapussekarang di Jepang sudah sampai pada teknologi 7D. untuk lebih lanjutnya dapat kamu lihat di Youtube atau search di Google :D
Hapus